Selasa, 28 Desember 2010

GAYA ATAU METODE MENGAJAR PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

A. Metode Komando (Comand Style)
Gaya komando atau gaya perintah ini, semua keputusan diambil oleh guru.
1. Sasaran Metode
• Bagian ini akan merinci peranan guru, peranan siswa, dan hasil yang akan dicapai karena menggunakan gaya yang diuraikan.
• Dengan menggunakan gaya komando, maka sasaran yang akan di capai akan melibatkan siswa yang akan mengikuti petunjuk-petunjuk guru, dengan sasara-sasaran tertentu.
2. Menyusun Pelajaran Metode Metode Komando
• Semua keputusan pra pertemuan (pokok bahasan, tugas-tugas, organisasi, dan lain-lain) dibuat oleh guru.
• Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru.
• Keputusan pasca pertemuan :
• Umpan balik kepada siswa
• Sasarannya : harus memberi banyak waktu untuk pelaksanaan tugas.
3. Implikasi Penggunaan Gaya Komando
• Standar penampilan sudah mantap dan pada umumnya satu model untuk satu tugas.
• Pokok bahasan dipelajari secara meniru dan mengingat melalui penampilan.
• Pokok bahasan dipilah-pilah menjadi bagian-bagian yang dapat ditiru.
• Tidak ada perbedaan individual: diharapkan menirukan model.
4. Unsur-Unsur Khas Dalam Pelajaran Dengan Menggunakan Metode Komando
• Semua keputusan dibuat oleh guru.
• Menuruti petunjuk dan melaksanaan tugas adalah kegiatan utama siswa.
• Menghasilkan tingkat kegiatan yang tinggi.
• Dapat membuat siswa merasa terlibat dan termotivasi.
• Mengembangkan perilaku berdisiplin, karena harus menaati prosedur yang telah ditetapkan.
5. Saluran-Saluran Pengembangan
• Menurut mosston, selama masa pembelajaran, setiap orang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan fisik, sosial, emosional dan kognitifnya.
• Mosston berbicara tentang 4 saluran perkembangan :
• Salran fisik : meningkat dengan pesat selama menggunakan gaya komando.
• Saluran sosial : terbatas
• Saluran emosional : terbatas
• Salura kognitif : terbatas

B. Metode Latihan (Practice Style)
Dalam gaya latihan ini ada beberapa keputusan selama pertemuan berlangsung yang dipindahkan dari guru ke siswa sehingga memberi peranan dan perangkat tanggung jawab baru kepada siswa.
1. Sasaran Metode Latihan
Sasaran metode latihan berbeda dari sasaran metode komando, dalam hubungannya dengan perilaku guru dan peranan siswa. Sasara yang berhubungan dengan dengan tugas-tugas penampilan siswa.
2. Peranan Guru dan Siswa
• Siswa membuat keputusan selama pertemuan berlangsung.
• Peranan guru sedikit berubah dari metode komando menjadi gaya latihan.
3. Implikasi
• Satu-satunya keputusan siswa dalam metode komando adalah untuk bergerak sesuai petunjuk.
• Sekarang disediakan waktu bagi siswa untuk mengatur kapan memulai, kpan berhenti, waktu sela antara tugas-tugas.
• Siklus kegiatannya adalah :
- Penyampaian tugas oleh guru
- Pelaksanaan tugas oleh siswa
- Pengamatan dan penilaian oleh guru
4. Peranan baru siswa, keputusan-keputusan dan peranan guru harus di jelaskan dikelas.

C. Metode Resiprokal (Reciprocal Style)
Dalam metode resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan :
1. Peningkatan interaksi sosial antara teman sebaya dan
2. Umpan balik secara langsung.
Sasaran Metode Resiprokal
Sasaran gaya resiprokal ini berhubungan dengan tugas dan peranan siswa.
a) Tugas (pokok bahasan)
1. Memberi kesempatan untuk latihan berulang kali dengan seorang pengamat.
2. Siswa menerima umpan balik langsung.
3. Sebagai pengamat, siswa memperoleh pengetahuan mengenai penampilan tugas.
b) Peranan Siswa
1. Memberi dan menerima umpan balik.
2. Mengamati penampilan teman, membandingkan dan memperatentangkan dengan kriteria yang ada, menyampaikan hasilnya kepada pelaku.
3. Menumbuhkan kesabaran dan toleransi terhadap teman.
4. Memberikan umpan balik.

D. Metode Periksa Diri (Self Check Style)
Metode periksa diri lebih banyak keputusan yang digeser ke siswa. Kepada siswa sekarang diberikan keputusan sesudah pertemuan untuk menilai penampilannya. Dengan metode ini memungkinkan siswa menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan tugasnya.
1. Peranan Siswa
a) Menilai penampilannya sendiri.
b) Menetapkan kriteria untuk memperbaiki penampilannya sendiri.
c) Belajar bersikap obyektif terhadap penampilannya.
d) Belajar menerima keterbatasannya.
e) Membuat keputusan baru dalam bagian pelajaran selama dan sesudah pertemuan.
2. Implikasi Metode Periksa Diri
a) Guru mendorong kemandirian siswa.
b) Guru mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan memantau sendiri.
c) Guru mempercayai siswa.
d) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berpusat pada proses periksa sendiri dan pelaksanaan tugas.
e) Siswa belajar sendiri.
f) Siswa mengenali keterbatasannya, keberhasilannya dan kegagalannya sendiri.
g) Siswa memakai umpan balik dari hasil periksa sendiri untuk mengusahakan perbaikan.
E. Metode Inklusi (Inclusion Style)
Metode mengajar inklusi memperkenalkan beberapa tingkat tugas, metode inklusi memberikan tugas yang berbeda-beda tingkatannya. Dalam metode ini siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya.
Contoh dari metode inklusi dapat dilihat dari penggunaan tali untuk melompat. Jika tali dipentangkan setinggi 1 meter dari tanah, dan setiap siswa diminta untuk melompatinya, semua siswa akan berhasil. Akan tetapi keberhasilan tidak diperoleh semua siswa dengan tingkat kesulitan yang sama. Sebagian siswa akan melompatinya dengan mudah, sedangkan sebagian lagi harus mengerahkan kemampuannya untuk melompati tali. Jika ketinggian tali dinaikkan, kesulitan dalam tugas akan meningkat dan akhirnya akan menyebabkan makis sedikit jumlah siswa yang akan berhasil melompatinya. Ini berarti kita memberikan standar bagi setiap siswa dan banyak siswa yang akan dikeluarkan dengan menaikkan tingkat kesulitan dalam tugas.
Sekarang, jika tali direntangkan miring dan para siswa diperintahkan untuk melompat, para siswa akan menyebar sepanjang tali pada berbagai ketinggian. Hal ini akan memungkinkan untuk melibatkan para siswa dengan berbagai tingkat kemampuannya.. ini juga akan memungkinkan para siswa untuk memilih dimana dia akan memulai tugasnya.
1. Tujuan Metode Inklusi
• Melibatkan semua siswa.
• Penyesuaian terhadap perbedaan individu.
• Memberi kesempatan untuk memulai pada tingkat kemampuan sendiri.
• Memberi kesempatan untuk memulai bekerja dengan tugas-tugas yang ringan keberat, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
• Belajar melihat hubungan antara kemampuan merasa dan tugas apa yang dapat dilakukan oleh siswa
• Individualisasi dimungkinkan, karena memilih diantara alternative tingkat tugas yang telah disediakan.
2. Pelaksanaan Metode Inklusi
• Menjelaskan metode ini kepada siswa. Satu demonstrasi dengan menggunakan tali yang miring akan memberikan ilustrasi yang sagat bagus.
• Siswa disuruh memulai
• Amati dan memberi waktu bagi siswa untuk melakukan metode ini
• Memberi umpan balik kepada siswa tentang peranan siswa dalam pengambilan keputusan dalam pengambilan keputusan memilih tugas-tugas :
- Tanyakan bagaimana mereka memilih tugas-tugas
- Fokuskan perhatian-pada penggunaan umpan balik yang netral, agar siswa mengambil keputusan mengenai taraf tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
- Amati kesalahan-kesalahan dalam penampilan siswa dan kriteria yang menyangkut penampilan dalam tugasnya.
3. Implikasi metode inklusi
• Salah satu keuntungan yang sangat penting dari metode ini adalah memperhatikan perbedaan individu dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan untuk maju dan berhasil
• Memungkinkan siswa untuk melihat ketidak sesuaian antara aspirasi atau pengetahuan mereka dengan kenyataan. Mereka akan belajar untuk mengurangi kesenjangan antara kedua hal ini.
• Fokus perhatian ditujukan kepada individu dan apa yang dia dapat lakukan dari pada membandingkannya dengan orang lain.
• siswa mengembangkan konsep mereka sendiri yang berkaitan dengan penampilan fisik.
4. Memilih Dan Merancang Pokok Bahasan
• Konsep tentang tingkat kesulitan. Tugas-tugas yang dipilih harus dimulai dari yang sederhana ke yanglebih unik, dengan tiap tugas mempunyai tingkat kesulitan yang ditambahkan.
• Jika kita menggunakan menembak dalam bola basket sebagai contoh dari beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan adalah :
- Rentangan jarak dari minimum ke maksimum
- Tingginya basket
- Ukuran lingkaran dan ukuran bola
- Sudut tembakan, dll.
• Kisi-kisi faktor berikut dapat dipakai sebagai alat untuk menganalisis tugas-tugas menentukan tingkat kesulitan.

F. Metode Penemuan Terpimpin (Konvergen Style)
Metode inklusi (cakupan) merupakan gaya yang terakhir dari kelompok metode yang memusatkan perhatian pada pengembangan ketrampilan fisik siswa. Saluaran – saluaran perkembangan atau jenis – jenis sasaran yang mendapat tekanan dalam komando sampai dengan metode inklusi adalah fisik, social, dan emosional. Metode-metode selanjutnya, yang akan dibahas adalah metode penemuan terpimpin (Konvergen) dan metode divergen (berlainan), yang penekanannya terpusat pada perkembangan kognitif.
Metode ini guru harus menyusun serangkaian pertanyaan – pertanyaan yang menuntut adanya serangkaian jawaban – jawaban yang telah ditentukan sebelumnya. Pertanyaan – pertanyaan yang dibuat hanya ada satu jawaban yang dianggap benar. Dan jawaban – jawaban itu harus mengarah kepada penemuan konsep-konsep, prinsip-prinsip, atau gagasan.
1. Sasaran
Sasaran metode ini adalah :
• Melibatkan siswa dalam proses penemuan yang konvergen.
• Mengembangakan hubungan yang serasi dan tepat antara jawaban siswa dengan pertanyaan yang diajuakan oleh guru.
• Mengembangkan ketrampilan untuk menemukan jawaban yang berurut, yang akan menuju pada penemuan konsep.
• Mengembankan kesabaran guru dan siswa, karena sifat sabar sangat diperluakan dalam proses penemuan.
2. Penerapan Metode Penemuan Terpimpin
• Dalam menyusun pertanyaan bagi siswa, guru harus mengenali prinsip, gagasan, atau konsep yang akan ditemukan. Selanjutnya baru menyusun pertanyaan – pertanyaan yang akan membawa siswa kerangkaian tanggapan yang akan menuju pada gagasan tersebu. Untuk itu perlu dimulai dari jawaban akhir, terus mundur sampai pada pertanyaanya.
• Dalam situasi mengajar yang sesungguhnya, guru harus mengikuti prosedur berikut:
- Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan susunan.
- Beri waktu untuk jawaban dari siswa.
- Beriak umpan balik (netral atau menilai) yang membenarkan jawaban yang benar atau mengarahkannya kembali.
- Ajukan pertanyaan berikutnya.
- Jangan berikan jawaban.
- Bersikap sabar dan menerima.
• Merencanakan:
- Mengenali pokok bahasan yang khusus.
- Menentukan urutan langkah – langkah (pertanyaan dan petunjuk) menuju ke hasil akhir:
o Setiap langkah didasarkan atas jawaban sebelumnya.
o Perlu mengharapakan kemungkinan jawaban yang akan diberikan oleh siswa, dan mengarahkan kembali jawaban yang tidak tepat.
• Yang harus dilakuan dengan jawaban yang tidak benar:
- Ulangi pertanyaan/petunjuk. Kalau masih salah, ajukan pertanyaan lain yang menguatkan/menjabarkannya.
- Beri siswa waktu untuk memikirkan jawabanya.
3. Implikasi Metode Penemuan Terpimpin
• Metode ini menuntut guru untuk menyediakan waktunya untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang memaksa siswa untuk berpikir.
• Tanggung jawab untuk menemuakn merupakan kegiatan utama siswa
• Siswa memerluakan waktu untuk menyesuaikan diri dengan tanggung jawab ini.
4. Pokok Bahasan
• Jenis jenis informasi yang perlu ditemuan adalah: konsep, prinsip, kaidah, hubungan, bagaimana, mengapa, dan batasan-batasan.
• Topik tidak boleh diketahui oleh siswa sebelumnya, kalau tidak, maka siswa tidak akan memperoleh penemuan.
• Episode-episode metode ini dapat diguanakan untuk metode yang lain. Dapat juga digunakan pada waktu memberi umpan balik kepada masing-masing siswa.
• Yang paling baik adalah episode yang paling pendek
• Ada baiknya menysun pertanyaan-pertanyaan tersebut sedemikian rupa, sehingga siswa harus mengerjakan jawaban secara fisik. Denga demikian siswa dapat menggunakan gerakan sebai media penemuan.
G. METODE DIVERGEN (Divergen Style)
Metode mengajar divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Metode ini memungkinkan jawaban-jawaban yang beraneka ragam atau divergen atau jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan metode penemuan terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya hanya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen.
Metode ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah, pertanyaan atau situasi yang diharapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rangsangan-rangsangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk mencari pemacahan atau jawaban secara individual.
1. Sasaran Metode Divergen
• Mendorong siswa untuk menemukan pemecahan ganda melalui pertimbangan-pertimbangan kognitif.
• Mengembangkan “wawasan” ke dalam struktur kegiatan dan menemukan variasi.
• Memungkinkan siswa untuk bebas dari guru dan melampaui jawaban-jawaban yang diharapkan.
• Mengembangkan kemampuan untuk memerikasa dan menganalisis pemecahan-pemecahannya.

2. Penerapan Metode Divergen
• Mula-mula mungkin perlu meyakinkan siswa, bahwa gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa dengan mereka diberitahu tentang apa yang akan mereka lakukan, dan tidak diperkenakan untuk menemukan jawaban-jawaban yang benar.
• Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka:
- Umpan balik harus dapat membimbing siswa kepada masalah untuk menemukan jawwaban yang tepat.
- Guru harus menahan diri untuk tidak memilih jawaban-jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual.
3. Mendesai Pokok Bahasan
• Pilihan:
- Masalah tunggal & Masalah ganda
• Masalah harus menyatakan garis petunjukatau parameter untuk pemecahannya, misalnya: Didalam kelas, gerakan pengembangan siswa dapat diminta untuk menyusun cara-cara bergerak dari satu ujung ke ujung yang lain, dengan menggunakan tiga posisi tubuh yang berbeda, atau didalam kelas kesegaran jasmani: menyusunh suatu latihan pemanasan yang rutin, yang meliputi: pemanasan umum, peregangan otot besar, kegiatan untuk ketahanan otot pada lingkaran bahu, lengan atas, perut, pantat, paha dan betis.
• lamanya kegiatan rutin ini sekitar 10 menit.
• Masalah-masalah yang dipilih harusnya memungkinkan adanya pemecahan pilihan. Penggunaan keterampilan khusus tidak tepat, yaitu seperti cara baru dalam melempar cakram, servis baru dalam tenis. Kegiatan-kegiatan ini mempunyai aturan dan parameter tertentu untuk penampilannya.
• Siswa harus cukup akrab dengan pokok bahasan.

H. Gaya Program Individual
Dalam gaya program individual ini, program pembelajaran didesain oleh siswa. Program disusun oleh siswa dan didasarkan atas pengalaman dengan gaya-gaya lainnya. Kemudian siswa mengidentifikasi criteria pencapaian hasil belajar.

I. Gaya Yang Diprakarsai Siswa
Dalam gaya yang diprakarsai siswa, siswa membuat keputusan dalam pra pertemuan dan secara teratur mengecek dengan guru.

J. Gaya Mengajar Sendiri
Dalam gaya mengajar sendiri, keputusan diambil oleh siswa.

K. Gaya Modifikasi (Modification Style)
Modifikasi merupakan salah satu gaya pembelajaran yang dapat dilakukan oleh para guru agar proses pembelajaran dapat mencerminkan DAP. Esensi modifikasi adalah menganalisis sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial sehingga dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Selanjutnya guru-guru pendidikan jasmani juga harus mengetahui apa saja yang bisa dan harus dimodifikasi serta tahu bagaimana cara memodifikasinya.
Pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan, karakteristik, materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi, keadaan sarana, prasarana dan media pengajaran pendidikan jasmani yang dimiliki oleh sekolah akan mewarnai kegiatan pembelajaran itu sendiri.
Misalnya dalam permasalahan minimnya sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada.

L. Metode Bermain
Dalam metode bermain, pembelajaran pendidikan jasmani diciptakan suasana yang menyenanakan. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran penjas yang diberikan yakni bergerak melalui pendekatan bermain dalam suasana riang gembira. Kata kunci metode ini adalah adalah “Bermain – bergerak – ceria”.
Implikasi Metode Bermain yakni:
1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran.
2. Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
3. Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

M. Metode Eksplorasi (Exploration Style)
Dalam metode eksplorasi, guru:
1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dari beraneka sumber;
2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di lapangan.

N. Metode Elaborasi (Elaboration Style)
Dalam metode elaborasi, guru:
1) membiasakan peserta didik belajar melalui tugas-tugas tertentu;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas;
3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik secara individual maupun kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil belajar individual maupun
kelompok;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan turnamen;
9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

O. Metode Konfirmasi (Confirmation Style)
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalammencapai kompetensi dasar:
5) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan tekhnik yang benar;
6) membantu menyelesaikan masalah yang dialami peserta didik;
7) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
8) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
9) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Dalam kegiatan penutup, guru:
a)bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan pembelajaran;
b) melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Sumber ; http://0ocky0.wordpress.com/2010/01/06/gaya-atau-metode-mengajar-pembelajaran-pendidikan-jasmani/

Rabu, 01 Desember 2010

Awal yang Baik untuk Indonesia

Jakarta - Kemenangan yang dipetik Indonesia atas Malaysia bukan cuma sebuah langkah yang baik di ajang AFF Suzuki Cup 2010. Secara umum, hasil itu juga menandai awal baik lembaran baru 'Merah Putih'.

Di hadapan sekitar 60 ribu pasang mata yang menyaksikan langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (1/12/2010), Indonesia berhasil mengalahkan juara SEA Games 2009 itu dengan skor cukup telak, 5-1.

Hasil itu membuat Indonesia duduk di peringkat teratas Grup A dan akan lolos ke semifinal andai bisa menaklukkan Laos di laga kedua. Namun yang lebih penting dari itu, hasil ini menjadi pertanda kebangkitan timnas Indonesia.

Indonesia terakhir kali tampil memuaskan adalah saat gelaran Piala Asia 2007 di kandang sendiri. Meski saat itu gagal lolos dari fase grup, tapi penampilan tim asuhan Ivan Kolev saat itu mengundang sanjungan.

Setelah itu, bukan cuma gagal menghadirkan prestasi (sesuatu yang terakhir kali dilakukan pada SEA Games 1991), tapi Indonesia gagal memenuhi ekspektasi untuk sekadar tampil baik dan tidak mengecewakan.

Kemenangan atas Malaysia memang tidak boleh membuat Indonesia terlena. Bukan cuma karena itu baru pertandingan pertama, tetapi lebih-lebih karena belum memastikan kelolosan ke semifinal.

Di luar hasil yang memang memuaskan, ada banyak catatan positif dari timnas Indonesia saat ini. Yang pertama adalah keberanian arsitek anyar, Alfred Riedl, untuk menurunkan pemain-pemain yang selama ini kurang dikenal publik.

Pemain-pemain yang tampil baik di klubnya seperti Ahmad Bustomi, Oktavianus Maniani, Beny Wahyudi, Arif Suyono dll, diberi peluang buat naik panggung. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan, sebagian besar dari mereka nyatanya cukup bisa bersaing.

"Pelatih yang sekarang berani juga pasang pemain-pemain baru. Nggak kaya Benny Dollo (pelatih Indonesia sebelumnya--red) yang cuma memasang pemain-pemain itu saja," kata Subroto, salah seorang penonton di GBK yang berbincang dengan detiksport usai pertandingan.

Demi memberi kesempatan buat pemain-pemain anyar itu, Riedl bahkan tega buat menepikan pemain-pemain senior yang lebih berpengalaman. Striker andalan Indonesia selama bertahun-tahun, Bambang Pamungkas, contohnya. Penyerang Persija Jakarta itu cuma tampil sebagai pengganti di laga kontra Malaysia.

Sebagai pemain depan, Riedl memasang duet Cristian Gonzalez dan Irfan Bachdim. Duet pemain kelahiran Uruguay dan Belanda itu nyatanya sanggup mengemban tugas sebagai penggedor pertahanan Malaysia. Terbukti, Gonzalez dan Irfan masing-masing mencetak satu gol.

Keberanian Riedl untuk memasang pemain-pemain yang tampil baik di kompetisi reguler sangat layak diapresiasi. Pelatih asal Austria itu tidak mempan terhadap intervensi PSSI terhadap pemilihan pemain seperti yang selama ini sudah jadi rahasia umum.

Di luar sisi teknis, Riedl juga mampu mengatrol mental pemain. Sempat tertinggal lebih dulu dari Malaysia, Indonesia bisa membalikkan skor jadi 2-1 di saat jeda. Di babak kedua, Gonzalez dkk tetap tampil trengginas dan menceploskan tiga gol tambahan.

Namun seperti yang sudah dikatakan di awal, hasil melawan Malaysia baru hasil dari satu partai. Tiket semifinal belum lagi di tangan karena masih ada Laos dan Thailand yang menunggu di depan. Tak ada pilihan lain kecuali tetap waspada dan tetap fokus agar kemenangan atas Malaysia tidak cuma melahirkan euforia.

Erick Burhaein calon S.Pd.Jas | Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all. Thanks to Blogger Templates